Rabu, 03 Maret 2010

ANALISIS KADAR LEMAK METODE WEIBULL

Lemak dan minyak lebih mudah dianalisis karena molekul lemak dan minyak relatif lebih kecil dan kurang kompleks dibandingkan dengan molekul karbohidrat dan protein

Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar lemak dalam suatu bahan. Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak pada umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik.

Pemilihan bahan pelarut yang sesuai untuk ekstraksi lipid adalah dengan menentukan derajat polaritasnya, Petroleum eter atau heksana merupakan pelarut organik yang paling banyak digunakan karena disebabkan oleh:

* harga yang relatif murah,

* resiko berbahaya yang cenderung lebih kecil

* keselektifannya sebagai pelarut organik.

Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga akan terikut fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenodi dan pigmen yang lain. Karena itu hasil analisa tersebut disebut dengan lemak kasar (crude fat).

Pada dasarnya untuk menentukan kadar lemak dan minyak dalam suatu bahan dapat memanfaatkan prinsip ekstraksi. Sebagian lemak yang terkandung dalam suatu bahan makanan atau bahan hasil pertanian lainnya terdapat dalam bentuk atau keadaan terikat (secara tidak erat) dengan protein atau bahan-bahan lainnya. Sehingga untuk dapat menentukan kadarnya, harus dilakukan proses pemecahan ikatan tersebut terlebih dahulu (hidrolisis). Selain itu, dalam bentuk yang terikat pelarut organik pun tidak akan dapat melarutkannya.

Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah tepung pisang. Pisang dipotong kecil-kecil kemudian dihancurkan dengan blender. Penggunaan tepung pisang sebagai sampel adalah berwujud kering. Untuk sampel yang berwujud kering metode Weibull dapat dilakukaan dengan ekstraksi menggunakan Soxhlet. Ekstraksi menggunakan Soxhlet

Praktikum ini dimulai dengan tahapan persiapan sampel. Dalam metode Weibull, tahapan ini merupakan tahapan hidrolisis.

Tahapan hidrolisis dilakukan dengan menambahkan 30 mL HCl 25 % dan 20 mL air serta beberapa batu didih kemudian dididihkan. Hidrolisis dapat berlangsung dengan penambahan asam dan dibantu prosesnya dengan pemanasan. Sementara penambahan air dilakukan untuk melarutkan bahan lain yang sifatnya polar yang mungkin terkandung dalam sampel. Pemanasan dilakukan selama 15 menit karena diharapkan semua ikatan lipida telah pecah sehingga diperoleh lemak dalam bentuk bebas yang siap diekstraksi. Penambahan batu didih di sini dimaksudkan agar pemanasan merata karena pada proses pemanasan, beaker ditutup dengan kaca arloji. Penutupan beaker selain untuk memastikan tidak ada zat yang mudah menguap yang teruapkan seperti HCl, juga agar suhu yang diharapkan tercapai lebih cepat.

Setelah dipanaskan, maka dilakukan penyaringan dalam keadaan panas. Kemudian mencucinya dengan air panas sampai tidak bereaksi asam lagi. Ketika menyaring , posisi kertas saring harus sesuai dengan ukuran corong yang dipakai dan kertas saring harus menempel pada dinding corong dengan cara membasahinya dengan menggunakan aquadest. Hal ini untuk menghindari adanya sampel yang terbuang. Pada saat penyaringan, harus hati-hati ketika membuka tutup beaker karena kemungkinan uap ada dari HCl. Oleh karena itu penyaringan dilakukan di dekat atau jendela atau tembat yang sempunyai saluran sirkulasi udara agar cepat menetralisir uap HCL. Proses pencucian ini dimaksudkan agar tidak ada lagi senyawa polar lainnya dalam kertas saring sehingga diharapkan diperoleh lemak yang telah bebas.

Pencucian dilakukan juga untuk menetralkan kondisi asam akibat HCl. Untuk membuktikan suasana telah netral, dilakukan pengetesan dengan kertas lakmus. Apabila kertas lakmus berubah warna dari biru (bila mempergunakan lakmus biru) menjadi merah, maka suasana telah menjadi netral atau menjadi basa. Begitupun sebaliknya jika mempergunakan lakmus merah tidak berubah warna berarti netral atau basa.

Setelah penyaringan, kertas saring berikut isinya dikeringkan pada suhu 100-105 oC dengan mempergunakan oven. Setelah dipastikan kertas saring kering, dimasukkan ke dalam selongsong yang terbuat dari kertas saring yang dicetak dengan mempergunakan tabung reaksi yang kemudian diberi alas dari kapas. Sumbat selongsong tersebut dengan kapas juga. Tinggi selongsong seharusnya tidak melebihi tinggi soxhlet.

Setelah selongsong dimasukan dalam soxhlet yang terhubung dengan labu lemak yang telah diketahui konstan beratnya, alay soxhlet harus sudah dapat dikuasai dengan baik oleh praktikan, alat ini harus tegak lurus dan penyangganya kuat mencapit soxhlet, hal ini demi keselamatan kerja dan kesuksesan praktikum. Untuk mengkonstankan labu lemak, dilakukan cara mengeringkannya dalam oven selama 1 jam lalu mendinginkan dalam esikator selama 15 menit kemudian ditimbang. Penimbangan diulangi hingga tercapai berat konstan. Setelah konstan, labu disimpan dalam esikator.

Tahapan selanjutnya adalah ekstraksi. Tahapan ini merupakan tahapan yang dimana kadar lemak dapat diketahui. Pelarut yang dipergunakan adalah normal-Heksan. Ekstraksi dilakukan dalam soxhlet. Pada dasarnya ekstraksi ini berlangsung ketika pelarut yang dimasukkan ke dalam soxhlet turun ke labu lemak akibat adanya perbedaan tekanan. Kemudian pelarut yang terdapat dalam labu lemak akan teruapkan dan melalui soxhlet menuju ke kondensor yang terpasang di bagian atas soxhlet. Pada kondensor, uap-uap pelarut akan akan terembunkan dan jatuh berupa tetes-tetes pelarut menuju soxhlet akibat adanya arus air dingin pada kondensor. Tetesan pelarut yang jatuh ke soxhlet akan membasahi selongsong dan kemudian melarutkan sampel hingga pelarut penuh dan turun kembali ke labu lemak. Pada labu lemak, pelarut akan teruapkan sementara sampel tidak akibat perbedaan titik didih. Demikian proses tersebut berulang-ulang selama kurang lebh 2-3 jam, sehingga nanti pada labu lemak hanya terdapat sampel setelah pelarut disuling (diambil menggunakan pipet ukur atau yang sejenis dengan membuka bagian kondensor).

Penambahan n-Heksan sebaiknya berlebih untuk menghindari adanya kekosongan pada bagian soxhlet setelah semua pelarut turun ke labu lemak.

Setelah disuling, ekstrak lemak yang terdapat pada labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC. Kemudian didinginkan dalam ekikator dan ditimbang. Proses pendinginan bertujuan untuk menyerap air atau bahan lainnya berwujud cairan pada dinding luar labu lemak agar diperoleh labu yang benar-benar kering. Penimbangan diulangi hingga tercapai berat konstan dengan selisih maksimal 0,0020 gram.

Setelah ditimbang beberapa kali diperoleh berat labu sebesar 84,0160 gram sementara berat labu kosongnya adalah 82,0050 gram dengan berat sampel awal yang ditimbang sejumlah 1,8692 gram. Sehingga berat labu yang diperoleh adalah 0,0110 gram. Kemudian apabila dalam bentuk persen yang dibandingkan dengan berat sampel awal yang ditimbang adalah 1,8692 gram maka diperoleh kadar lemak sebesar 0,5885 %.

Kadar lemak yang diperoleh merupakan kadar lemak kasar yang mungkin juga terikut fosfolipida, sterol, asam lemak bebas karotenoid, dan pigmen yang lain. Maka dari itu hasil analisisnya disebut lemak kasar (crude fat). Sekalipun, tahapan proses analisis terlihat mudah dan sederhana, akan tetapi tetap saja hasil analisisnya belum dapat dipercaya 100 % apabila dilakukan oleh praktikan. Hal ini karena kemungkinan terjadinya kesalahan sangatlah besar.

6 komentar:

  1. subhanallah.. insya allah bermanfaat

    BalasHapus
  2. Daftar pustaka nya boleh tau?

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah bermanfaat untuk bikin laporan nya, semoga betul semua

    BalasHapus
  4. hai kak, daftar pustaka nya apa boleh saya tau? trims😊

    BalasHapus